Masjid Terbesar Ketiga di Afrika Menuai Kritik Pakar
Ibadah.co.id – Masjid terbesar ketiga di Afrika, Masjid Agung Aljazair menuai kritik dari pakar. Salah satunya adalah Sosiolog Belakhdar Mezouar. Ia mengatakan pembangunan masjid ini tak lebih dari sekadar proyek pribadi semata.
Seperti dilansir republika.co.id pada 29/10/20, Masjid Agung Aljazair, yang merupakan masjid terbesar ketiga di dunia dan terbesar di Afrika, resmi dibuka pada Rabu (28/10) setelah setengah tahun proses konstruksi. Bangunan modernis seluas 27,75 hektar ini, secara lokal disebut sebagai Djamaa el-Djazair.
Presiden Abdelmadjid Tebboune dijadwalkan untuk meresmikan langsung aula masjid berkapasitas 120.000 jamaah pada acara pada Rabu (28/10) malam menjelang ulang tahun Nabi Muhammad. Tetapi kehadirannya dibatalkan setelah sehari sebelumnya, kantornya mengumumkan bahwa dia telah dirawat di rumah sakit.
Tebboune telah menjalani isolasi diri pekan lalu menyusul dugaan kasus virus korona di antara para pembantunya. Tapi staf presiden mengatakan bahwa kondisi kesehatan Tebboune tidak menimbulkan kekhawatiran apa pun.
Sampai saat ini belum jelas berapa banyak orang yang diizinkan mengikuti sholat di masjid terbesar itu, mengingat kondisi di tengah pandemi virus corona. Masjid ini ditujukan untuk menjadi pusat teologi, budaya dan penelitian yang penting, dan kompleks tersebut memiliki perpustakaan yang dapat menampung jutaan buku.
Menampilkan sisi arsitektur geometris, bangunan ini juga memiliki menara tertinggi di dunia – 267 meter – dilengkapi dengan lift dan platform pemandangan yang menghadap ke ibu kota dan Teluk Algiers.
Interior masjid yang bergaya Andalusia, didekorasi dengan kayu, marmer, dan pualam, dan menampilkan enam kilometer teks Alquran dalam kaligrafi Arab, bersama dengan sajadah berwarna biru kehijauan.
Sosiolog Belakhdar Mezouar mengatakan, masjid itu tidak dibangun untuk masyarakat. “Itu hanyalah karya seorang laki-laki (Abdelaziz Bouteflika) yang ingin bersaing dengan tetangganya Maroko, dan membuat namanya kekal dan meletakkan konstruksi ini di CV-nya, sehingga dia bisa masuk surga pada hari penghakiman,” katanya yang dikutip di Aawsat, Kamis (29/10).
Nadir Djermoune, yang mengajar tata kota, juga mengkritik pilihan yang mencolok dari proyek-proyek besar seperti itu. Menurutnya, dibandingkan masjid, Aljazair lebih membutuhkan fasilitas kesehatan, pendidikan, olah raga dan rekreasi baru.
“Masjid ini berseberangan dari kebutuhan riil kota dalam hal infrastruktur,” katanya. Satu-satunya hal yang paling positif dari masjid ini, katanya, adalah konsep modernisnya yang akan menjadi model untuk proyek arsitektur masa depan. (RB)
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.