Take a fresh look at your lifestyle.

Pimpinan Ormas Islam Prancis Kecam Erdogan Soal Macron

150

Ibadah.co.id – Pimpinan organisasi masyarakat (ormas) Islam Prancis yakni Conference of Imams, Imam Hassen Chalghoumi mengecam pernyataan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan soal Presiden Prancis Emmanuel Macron. Erdogan beberapa waktu lalu menyerukan untuk memboikot Prancis karena pernyataan Emmanuel Macron.

Seperti dilansir republika.co.id pada 28/10/20, Pimpinan organisasi yang mewakili ulama Muslim di Prancis pada Selasa (27/10) lalu menolak serangan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terhadap Presiden Prancis Emmanuel Macron. Ia juga mengkritik seruannya untuk memboikot barang-barang Prancis.

“Ini memalukan, Presiden Turki tidak mewakili Muslim dan dunia Islam,” ujar Presiden Konferensi Imam Prancis, Imam Hassen Chalghoumi dalam sebuah wawancara dengan buletinnya, dilansir di Algemeiner, Selasa (28/10).

Dirinya juga menyayangkan Erdogan memiliki perselisihan politik dengan banyak negara di kawasan seperti Bahrain, Arab Saudi, Mesir. Chalghoumi juga mengecam tuduhan Erdogan yang dibuat dalam pidatonya pada Senin saat menyatakan Muslim di Eropa sekarang sedang menjadi sasaran kampanye yang mirip dengan perlakuan kepada Yahudi sebelum Perang Dunia II.

“Di Prancis, Muslim memiliki kebebasan yang sama dan menikmati hak yang sama seperti semua warga negara mereka. Ada 2.500 rumah ibadah Muslim. Hukum republik mengizinkan semua orang menjalankan iman mereka dengan bebas,” ujarnya.

Imam itu justru meminta warga Prancis yang beragama Muslim mendukung Macron. “Ayo kuat bersama,” ujarnya.

Perselisihan antara Erdogan dan Macron berasal dari tuduhan pemimpin Prancis kelompok Islam radikal mengobarkan separatisme di Prancis. Komentar Macron muncul setelah pemenggalan kepala yang mengejutkan oleh seorang pengungsi Muslim awal bulan ini terhadap Samuel Paty, seorang guru sekolah berusia 41 tahun dari Paris yang menunjukkan kartun kontroversial Nabi Muhammad di kelasnya selama pelajaran tentang kebebasan berbicara.

Seperti dilansir detik.com pada 29/10/20, Buntut pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron mengenai muslim membuat pemerintah Turki marah hingga Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta warganya memboikot barang-barang Prancis. Erdogan menyampaikan seruan tersebut melalui pidatonya di televisi.

“Jangan pernah memberikan kredit untuk barang berlabel Prancis, jangan membelinya,” kata Erdogan, dikutip dari BBC, Selasa (27/10/2020).

Orang nomor satu di Turki itu juga mendesak pemimpin dunia untuk melindungi muslim jika di Prancis melakukan penindasan terhadap mereka.

Kekecewaan Turki dipicu setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron berjanji untuk melawan Islam radikal. Erdogan mengkritik keras apa yang dilakukan oleh Macron.

Pernyataan Macron dilayangkan setelah seorang guru asal Prancis, Samuel Paty diketahui dipenggal setelah memperlihatkan kartun Nabi Muhammad. Paty dipenggal pada 16 Oktober lalu. Penggambaran Nabi Muhammad sangat menyinggung umat Islam karena ajaran Islam melarang gambar Muhammad dan Allah.

Kejadian ini membuat Macron akan bertindak tegas untuk menangani Islam radikal. Namun, dua pekan sebelum peristiwa itu, Macron menyebut islam sebagai agama dalam krisis dan mengumumkan akan mengatasi separatisme islam di Prancis. Perlu diketahui, Prancis memiliki populasi muslim terbesar di Eropa Barat, dan beberapa menuduh pihak berwenang menggunakan sekularisme untuk menargetkan mereka. (RB)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

2 Comments
  1. […] kecaman dari sejumlah negara termasuk Turki, Iran, dan Pakistan, Banglades dan negara-negara lainnya menyerukan untuk memboikot produk, protes, […]

  2. […] muslim Australia yakni Australian Federation of Islamic Council (AFIC) mengutuk penyerangan geraja Prancis. Mereka meminta kejadian ini jangan dikaitkan dengan muslim. Agama Islam tidak sama sekali […]

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy