Take a fresh look at your lifestyle.

Pengelolaan Zakat Mesti Manfaatkan Teknologi Digital

122

Ibadah.co.id – Pengamat Ekonomi Syariah, Irfan Syauqi Beik mengatakan bahwa pengelolaan zakat mesti memanfaatkan teknologi digital. Hal ini menurutnya agar pengelolaan zakat dapat lebih baik lagi dari segi kualitas.

Seperti dilansir republika.id pada 5/1/21, tahun 2021 diharapkan membawa iklim yang lebih baik bagi perzakatan di Tanah Air. Dalam pandangan Pengamat Ekonomi Syariah, Irfan Syauqi Beik, ada tiga hal yang perlu dievaluasi untuk mendorong kinerja perzakatan pada 2021.

Hal pertama adalah sisi operasional yang meliputi pengumpulan dan penyaluran. Menurut Irfan, penyaluran zakat harus diperkuat dengan memanfaatkan teknologi digital.

“Sebenarnya evaluasi penyaluran ini perlu dilakukan untuk terus meningkatkan kualitas program. Apa yang terjadi pada 2020 itu sudah baik, tetapi tentu kita ingin terus lebih baik, dengan memperluas pemanfaatan teknologi digital untuk penyaluran zakat,” kata dosen IPB University Departemen Ilmu Ekonomi Syariah itu kepada Republika, Senin (4/1).

Irfan juga mengingatkan pentingnya membangun ekosistem pemberdayaan masyarakat secara lebih terintegrasi, misalnya pada program pemberdayaan ekonomi produktif. Dia menjelaskan, ekosistem pemberdayaan ekonomi dari hulu ke hilir perlu dibangun dengan memanfaatkan teknologi digital. “Dari mulai proses produksinya itu termonitor, lalu terintegrasi dengan financial aspect agar bisa kita monitor,” ujarnya.

Selain untuk membangun ekosistem, Irfan menambahkan, teknologi digital juga harus digunakan untuk memfasilitasi usaha mustahik agar mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas. Menurut dia, penyaluran zakat bukan hanya soal ketepatan sasaran, melainkan juga pengembangan dan proses integrasi.

“Filosofinya bukan hanya menyalurkan ke orang yang tepat, tetapi juga ada proses empowerment (pemberdayaan), development (pengembangan), dan proses integrasi. Jadi, tidak hanya menyalurkan lalu lepas, tetapi bagaimana membangun ekosistem, terlebih di dalam suasana pandemi. Di sinilah peran teknologi digital yang perlu ditingkatkan pada 2021,” kata dia.

Hal kedua yang perlu dievaluasi, menurut Irfan, adalah sisi dakwah zakat, terutama terkait literasi zakat kepada masyarakat. Menurutnya, aspek dakwah zakat ini harus dievaluasi untuk melihat sejauh mana kampanye dan edukasi yang dilakukan lembaga zakat memengaruhi literasi masyarakat tentang zakat.

“Saya berharap literasi zakat ini bisa meningkat, tetapi saya kira ini perlu dievaluasi agar pada 2021 bisa dirumuskan model edukasi yang lebih efektif,” tutur dia.

Ketiga, Irfan menambahkan, adalah aspek kebijakan. Dia menyampaikan, tentu banyak yang mengharapkan amendemen terhadap Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat yang berlaku hingga saat ini. Namun, dia pesimistis hal itu bisa dilakukan pada 2021 karena tidak masuk dalam program legislasi nasional (prolegnas) tahun ini.

“Ya, semoga pada 2022. Tetapi, ini artinya, kebijakan harus kita tingkatkan. Perpres (peraturan presiden) itu juga perlu kita dorong untuk memperkuat pengumpulan zakat. Jadi, evaluasi dari sisi kebijakan ini juga menjadi hal yang sangat fundamental,’’ katanya.

Sementara itu, dalam Outlook Zakat Indonesia (OZI) 2021, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) memprediksikan tantangan dan peluang zakat 2021. Dalam pernyataan yang diluncurkan pada akhir 2020 itu, Baznas menyebut bahwa generasi milenial dan bonus demografi akan menjadi peluang besar Indonesia untuk memaksimalkan potensi zakat. Sedangkan, tantangan besar yang dihadapi dunia perzakatan Indonesia pada 2020 adalah wabah pandemi Covid-19 dan resesi ekonomi.

Hal serupa juga dikatakan CEO Rumah Zakat, Nur Efendi. Menurut dia, pandemi Covid-19 membawa pengaruh yang cukup besar. Namun, dia menilai perkembangan zakat pada 2020 menunjukkan kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya.

“Alhamdulillah, perkembangan zakat terus naik, secara nasional rata-rata (terjadi kenaikan) 25-30 persen pada 2020 dibandingkan 2019,” ujar Nur. Menurut Nur, meski dilanda resesi dan pandemi yang tak kunjung membaik, Indonesia memiliki masyarakat dengan tingkat kedermawanan tertinggi di dunia sehingga tantangan ini justru makin meningkatkan empati masyarakat. Di sisi lain, dampak pandemi dan resesi harus terus diantisipasi. (RB)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy