Harlah Muslimat NU Ke-75, Khofifah : Bangun Ukhuwah dan Perdamaian
Ibadah.co.id –Dalam webinar Peringatan Harlah Muslimat ke-75 NU, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa menjelaskan pentingnya membangun ukhuwah antarumat beragama.
Ia menjelaskan tiga ukhuwah yang diajarkan oleh Rais Aam PBNU periode 1984-1991, KH Ahmad Shiddiq Jember.
“Bagaimana membangun ukhuwah Islamiyah yang satu baca Qunut yang lain tidak baca Qunut mereka bersaudara, ada ukhuwah wathoniyah yang satu suku Gayo misalnya di Aceh yang satu ada suku Baduy misalnya yang ada di Banten yang satu lagi, misalnya, suku Kamoro yang ada di Mimika kita semua bersatu kita semua bersaudara itulah ukhuwah wathoniyah persaudaraan kebangsaan. Kemudian dari tiga ukhuwah itu ada ukhuwah insaniyah seringkali juga disebut ukhuwah basyariyah,” jelas Khofifah.
Ia juga menjelaskan prinsip hablumminallah dan hablumminannas yang mengajarkan perdamaian untuk membangun persaudaraan antarumat beragama, etnis, suku, budaya, serta strata sosial.
“Oleh karena itu tentu kita semua sedih prihatin dan kita mengutuk segala macam kekerasan yang muncul atas nama apapun (termasuk atas nama agama),” kata Khofifah, Senin (29/3).
Menurutnya, kepemimpinan Rasulullah dalam memimpin penduduk kota Madinah yang beragam perlu dijadikan referensi untuk membangun kehidupan yang harmonis.
Gubernur Jawa Timur itu berharap Harlah Muslimat ke-75 NU yang beriringan dengan Nisfu Sya’ban, bisa terus menjadikan Muslimat NU menjadi pionir perubahan yang membawa berkah.
“Oleh karena itu kita terus mohon kepada Allah hadirnya Muslimat NU di mana pun berada dengan peran sekecil apapun, maka Muslimat NU dapat bermanfaat bagi sekelilingnya dan Muslimat NU alladzi barokna haulah, di mana ketika ada Muslimat di sekelilingnya Allah akan turunkan keberkahan bagi kita semua,” harapnya.
Senada dengan Khofifah, Ketua I PP Muslimat NU, Hj Sri Mulyati berharap, “Kami Muslimat NU mengajak dengan kata khidmat ini melalui berbagai program dan layanan sebagai bentuk khidmat kepada umat agama dan bangsa dengan menjadikan kata ini sebagai falsafah perjuangan kita di Muslimat NU,” imbuh guru besar bidang tasawuf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu. (EA)