Jakarta, Ibadah.co.id –Majelis Hukama Muslimin (MHM), Jumat (24/5/2024), menggelar diskusi panel bertajuk “Peran Lembaga Keagamaan dalam Mempromosikan Hidup Berdampingan Secara Damai”. Diskusi ini digelat sebagai bagian dari Program Beasiswa Azadi, yang dimulai pada Sabtu pekan lalu di Islamabad, Pakistan.
Acara ini sejumlah menghadirkan pembicara terkemuka, antara lain: 1) Dr. Zia-ul-Haq (Presiden Institut Penelitian Islam di Universitas Islam Internasional); 2) Dr. Kamal Buraikah (Profesor Studi Islam di Universitas Islam Internasional di Islamabad); 3) Tuan Sardar Ranjit Singh (mantan Anggota Parlemen Khyber Pakhtunkhwa); 4) Uskup Samuel Robert Azaria (Direktur Pusat Studi Kristen di Rawalpindi); dan 5) Bapak Christopher Sharaf (Koordinator program “Saiban e-Pakistan” untuk minoritas Kristen). Acara ini juga dihadiri beberapa tokoh agama, intelektual, akademisi, dan peneliti.
Di awal sesi, Sardar Ranjit Singh menggarisbawahi bahwa Dokumen Persaudaraan Manusia, yang ditandatangani bersama oleh Grand Syekh Al Azhar yang juga Ketua MHM, Imam Akbar Dr. Ahmed Al-Tayeb, bersama Pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus, mewakili konstitusi kemanusiaan yang komprehensif dan jelas.
Sardar Ranjit Singh menekankan perlunya para pemimpin agama untuk memanfaatkan peran mereka yang berpengaruh dalam mempromosikan budaya dan nilai-nilai persaudaraan manusia, hidup berdampingan secara damai (koeksistensi), dan saling menghormati, terutama di kalangan generasi muda. Hal ini menurutnya penting, untuk memastikan nilai-nilai tersebut berakar kuat sejak usia muda. Ini juga akan berkontribusi dalam menciptakan lingkungan global yang bercirikan keadilan, kesetaraan, dan persaudaraan.
Kamal Buraikah menegaskan bahwa hidup berdampingan secara damai adalah prinsip dasar yang harus dianut setiap orang. Dia mengapresiasi upaya dan kepeloporan MHM sejak awal berdirinya serta visinya untuk meningkatkan hidup berdampingan secara damai dan pemahaman antaragama sebagai cara yang efektif untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh masyarakat multikultural.
Sementara itu, Uskup Samuel Robert Azaria menekankan kemampuan berbagai agama untuk membawa perubahan positif dan bertahan lama dalam masyarakat. Uskup Samuel menggarisbawahi tanggung jawab besar lembaga-lembaga keagamaan dalam menyebarkan nilai-nilai toleransi dan saling pengertian serta merangkul keberagaman dan menghormati orang lain. Semua itu merupakan langkah penting menuju masyarakat yang kohesif dan terintegrasi, lebih adil dan manusiawi.
Diskusi panel juga menampilkan inisiatif dan proyek besar yang diluncurkan MHM yang bertujuan untuk memupuk perdamaian di komunitas Muslim dan non-Muslim dan mempromosikan nilai-nilai dialog, toleransi, dan hidup berdampingan. Para peserta juga mencatat pentingnya peran lembaga-lembaga keagamaan dalam meningkatkan hidup berdampingan secara damai dan kebutuhan global yang mendesak untuk mempromosikan konsep-konsep positif, penerimaan, dan rasa hormat terhadap orang lain, dengan menegaskan bahwa semua individu adalah bagian dari satu keluarga umat manusia. Bahwa meskipun kita memiliki latar belakang agama yang beragam, hal ini tetap merupakan hal yang penting. Tugas kita untuk menyebarkan hidup berdampingan secara damai ke seluruh dunia.
MHM telah menyelenggarakan beberapa sesi diskusi untuk mengatasi tantangan-tantangan besar kemanusiaan kontemporer. Salah satu topik utamanya adalah perubahan iklim, di mana MHM menyoroti upaya untuk mengaktifkan peran para pemimpin agama dalam mengatasi krisis iklim dengan mengadakan Global Faith Leaders Summit for Climate, yang menghasilkan penerbitan “Panggilan Hati Nurani: Pernyataan Bersama Abu Dhabi untuk Iklim.” KTT ini diadakan sebelum peluncuran Faith Pavilion di COP28, yang merupakan konferensi pertama dalam sejarah COP dan merupakan platform global untuk dialog yang bertujuan menemukan solusi efektif terhadap krisis iklim.
Selain itu, MHM juga mengadakan sesi yang membahas kebebasan beragama dan hubungan antaragama, menekankan pentingnya mempromosikan kebebasan beragama untuk membangun masyarakat yang menghormati keberagaman dan memungkinkan individu untuk menjalankan keyakinan mereka secara bebas tanpa takut akan diskriminasi atau penganiayaan, sehingga mengurangi konflik dan meningkatkan perdamaian sosial.
MHM meluncurkan sesi kedua Program Azadi Fellowship di Islamabad bekerja sama dengan Dewan Riset Internasional untuk Urusan Agama (IRCRA), Universitas Islam Internasional, Institut Penelitian Islam, Pusat Keunggulan Khyber Pakhtunkhwa dalam Melawan Ekstremisme Kekerasan (KPCECVE), dan organisasi Resala di Pakistan. Program yang dilaksanakan dari 18 – 25 Mei 2024, melibatkan 25 pemuda dan pemudi dari berbagai latar belakang agama. Tujuannya, menanamkan budaya dialog agama dan budaya serta mendukung upaya untuk mendorong hidup berdampingan secara damai, memerangi ujaran kebencian dan ekstremisme, serta mengatasi permasalahan yang ada, tantangan pembangunan perdamaian global.
Sumber : Majelis Hukama Muslimin