Gus Baha Ungkap Pentingnya Pemimpin yang Baik
Ibadah.co.id – Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Quran-Lembaga Pembinaan Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Al Quran (LP3iA) Narukan, Rembang, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha mengungkap pentingnya pemimpin yang baik. Maka dari itu, jika saja memiliki satu doa yang pasti dikabulkan oleh Allah, maka doa itu akan diperuntukkan kepada pemimpin.
Seperti dilansir republika.co.id pada 18/12/20, ada cara pandang menarik dari para wali Allah terhadap sebuah doa. Para wali Allah senantiasa berpikir positif dan mengutamakan segala sesuatu untuk kemaslahatan orang banyak, begitupun tentang doa.
Karena itu, para wali Allah mengutamakan doanya diperuntukan bagi para pemimpin atau penguasa terlebih dulu agar menjadi pemimpin yang saleh. Ini sebagaimana dapat ditemukan dalam kitab Al Bidayah Wa Nihayah karya Ibnu Katsir tepatnya pada juz 5 halaman 238.
“Jadi di antara khazanah wali-wali dulu adalah kalau saya punya jatah satu doa yang mustajab, saya ulang lagi para wali dulu kalau berpikir sangat-sangat positif dan sangat-sangat berpikir untuk orang banyak. Kalau saja saya tahu punya doa yang mustajab, doa yang pasti dikabulkan Allah, pasti doa itu saya peruntukan bagi seorang pemimpin besar. Seorang presiden, raja, bukan untuk saya,” jelas pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Quran-Lembaga Pembinaan Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Al Quran (LP3iA) Narukan, Rembang, KH Ahmad Bahauddin Nursalim saat mengisi ceramah dalam acara dzikir nasional virtual yang diselenggarakan DPP PPP pada Kamis (17/12) malam.
Mengapa para wali memperuntukan doa bagi para pemimpin terlebih dulu? Menurut Gus Baha ketika pemimpin yang didoakan tersebut menjadi pemimpin yang baik maka kebaikannya akan dirasakan seluruh bangsanya atau berdampak besar bagi rakyatnya. Karena itu Gus Baha menjelaskan di antara ajaran almarhum KH Maimun Zubair adalah tidak boleh egois dalam beramal.
“Karena ketika pemimpin besar ini, mungkin dalam konteks modern bisa presiden bisa raja, sekali beliau ini baik maka kebaikannya ini akan dirasakan seluruh bangsa,”
Dia melanjutkan, “Apa artinya kita saleh sendiri kemudian bangun masjid (saja) susah. Apa artinya saleh kemudian tidak menciptakan komunitas sosial. Bahwa bangsa ini ketika diimpit pandemi kemudian mereka pulang kampung, kemudian mereka baik-baik saja, karena ada sistem sosial yang ditanamkan para kiai, oleh orang orang baik untuk menolong yang lemah memberi makan yang kelaparan, menghibur yang sedang galau, sehingga selain negara berbuat baik sistem sosial kita juga berbuat baik,” kata Gus Baha. Sebab itu pula dalam mengawal sebuah bangsa, menurut Gus Baha dibutuhkan jiwa besar dan kearifan antara negara dan masyarakat untuk terus bersama-sama. (RB)
[…] – KH Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha mengungkap cerita ulama yang kaya. Salah satunya adalah Imam Malik. Gus Baha juga menceritakan […]