Take a fresh look at your lifestyle.

Gus Yahya Apresiasi Kamus Al-Munawwir Versi Digital

0 75

Ibadah.co.id –Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf memberikan apresiasi besar atas tersedianya kamus Al-Munawwir versi digital. Apresiasi tersebut ia sampaikan saat ikut meluncurkan kamus Al-Munawwir versi digital itu pada Sabtu (23/12/2023).

Dalam acara yang dilaksanakan di halaman Komplek Q Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Bantul, Yogyakarta ini, sosok yang akrab disapa Gus Yahya ini berharap agar nantinya kamus karya KH Ahmad Warson Munawwir ini bisa diintegrasikan dengan super app yang tengah dikembangkan oleh PBNU.

“Saya berharap nantinya kamus digital Al-Munawwir ini pada saatnya juga bisa diintegrasikan ke dalam super app-nya NU,” ucap Gus Yahya. “Nanti saya akan meminta RMI untuk mengatur dan mengoordinasikan dengan tim transformasi digital yang sudah dibentuk oleh PBNU agar integrasi ini bisa terealisasi,” tambahnya.

Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu kemudian memberikan penjelasan kenapa dirinya menghendaki agar kamus digital ini bisa diintegrasikan dengan aplikasi super app yang tengah dikembangkan oleh timnya. “Alasannya adalah agar orang NU, santri-santri kalau nanti download super app-nya NU itu sudah termasuk dengan kamus digital Al-Munawwir ditambah fasilitas digital lainnya. Itu proyeksi kita ke depan nanti,” jelas putra KH M. Cholil Bisri ini.

Gus Yahya berharap, kamus versi digital ini bisa memberikan keberkahan yang sama seperti versi cetaknya. “Semoga juga kamus digital al-Munawwir ini nanti tidak kalah barokahnya dari yang cetakan kertas. Mudah-mudahan seperti itu,” pungkasnya

Dalam kesempatan itu, Gus Yahya juga menceritakan awal keberadaan kamus yang populer di kalangan pesantren ini, bahkan ia mendapatkan cerita langsung dari pengarangnya, Kiai Warson Munawwir.

Saat hendak menerbitkan kamus tersebut, Mbah Warson, begitu Gus Yahya menyebutnya, berkata bahwa ada rasa ragu. Akhirnya Mbah Warson memutuskan untuk sowan ke Rembang, tepatnya ke Kiai Bisri Mustofa yang merupakan kakek Gus Yahya. “Aku asalnya agak ragu mencetak kamus ini, makanya terus saya ke Rembang, ke mbahmu (KH Bisri Mustofa, red),” kata Gus Yahya sambil menirukan ucapan Mbah Warson.

Gus Yahya melanjutkan, sesampainya di Rembang, Kiai Warson lantas menyerahkan naskah kamus itu agar ditashih oleh Kiai Bisri. “Saya punya naskah, ada yang mau nyetak, saya mohon ditashih dulu oleh panjenengan,” cerita Gus Yahya.

Namun, sesudah menunjukkan naskah tersebut, Kiai Bisri malah langsung meminta agar naskah itu segera dicetak. “Kata mbah saya, ngapain ditashih? Sudah untung sampean mau menulis, kalau ada kurangnya biar yang baca nanti yang mencari kurangnya, sana langsung cetak saja,” ungkap Gus Yahya.

Gus Yahya kemudian menceritakan tentang proses pemberian nama kamus Al-Munawwir. Dikatakan, sosok yang memberi nama dari kamus ini adalah KH Ali Maksum, Rais ‘Aam PBNU masa khidmah 1981-1984.

“Diberi nama Al-Munawwir ini menurut Mbah Warson itu yang memberi nama adalah Mbah Ali, dijenengi Al-Munawwir wae, ga usah angel-angel (dikasih nama Al-Munawwir saja, tidak usah yang susah-susah),” ucap Gus Yahya menirukan Kiai Ali Maksum.

Sumber : NU Online

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Leave A Reply

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy