Take a fresh look at your lifestyle.

Kiai Syuriyah PBNU Gelar Rapat Bahas Panduan Berpolitik bagi Nahdliyin

0 68

Ibadah.co.id – Menjelang tahun politik 2024 jajaran Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar rapat terbatas membahas langkah-langkah yang harus dilakukan, termasuk berdiskusi mengenai pedoman dan panduan berpolitik bagi Nahdliyin atau warga NU.

Rapat berlangsung di Kantor PBNU, Jakarta, pada Rabu (23/11/2022) sore, ini dipimpin langsung Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar dan Katib Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori, serta dihadiri 34 kiai di jajaran Rais dan Katib Syuriyah. 

“Kita akan masuk di tahun politik, sehingga sudah sejak dini PBNU membahas itu. Berdiskusi bersama-sama seperti apa langkah-langkah yang harus diambil dan diputuskan untuk nanti menjadi panduan dan pedoman warga NU secara umum,” ungkap Kiai Said Asrori kepada NU Online, sesaat setelah rapat itu selesai. 

Ia menjelaskan bahwa beberapa hal yang dibahas menjelang tahun politik ini adalah soal upaya mengukuhkan kembali paham Ahlussunnah wal Jamaah sebagai sebuah pedoman dalam kehidupan, termasuk kehidupan berpolitik. Di antaranya mengedepankan akhlakul karimah dan etika yang mulia.  “Kemudian tujuan politik yang utama adalah harus menjaga NKRI, Pancasila, UUD 1945,” tegas Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thullab, Wonosari, Tempuran, Magelang, Jawa Tengah itu.

Selain itu, Kiai Said Asrori menekankan kepada warga NU untuk mampu menyalurkan aspirasi politik dengan baik dan santun, khususnya mengedepankan etika yang baik dan budi pekerti yang mulia. 

“Warga NU nanti harus menyalurkan aspirasi politiknya dengan akhlak, dengan budi pekerti yang mulia, dengan penuh tanggung jawab, dan harus diniati dengan niat yang sebaik-baiknya,” kata Kiai Said Asrori. 

Rapat terbatas ini dihadiri beberapa jajaran Rais Syuriyah, di antaranya, KH Muhammad Musthofa Aqil Siroj, KH Abdullah Kafabihi Mahrus, Prof KH Muhammad Nuh, dan Prof KH Nasaruddin Umar. 

Sementara jajaran Katib Syuriyah, di antaranya adalah KH Faiz Syukron Makmun, KH Abdul Moqsith Ghazali, KH Reza Ahmad Zahid, Habib Luthfi bin Ahmad Al-Attas, KH. M. Afifudin Dimyathi, dan KH Asrorun Ni’am Sholeh.

Baca juga: Empat Perbedaan Al Quran dan Kitab-Kitab Sebelumnya Menurut Syeh Sha’rawi al Masri

Sumber: NU Online

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Leave A Reply

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy