PWNU Jakarta: Kemenangan Taliban Jangan Pecah Belah Indonesia
Ibadah.co.id – Wakil Katib Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta, KH Muhammad Taufik Damas berharap agar kemenangab Taliban atas Afghanistan tidak memecah-belah Indonesia. Hal ini karena di media sosial masyarakat Indonesia ada yang pro terhadap Taliban, namun ada juga yang kontra.
Seperti dilansir pikiran-rakyat.com pada 25/8/21, Wakil Katib Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta, KH Muhammad Taufik Damas mewanti-wanti semua pihak agar kemenangan Taliban atas Afghanistan tidak berdampak negatif ke Indonesia. Ia mendorong masyarakat Indonesia untuk tetap menjaga persatuan.
“Kemenangan Taliban ini di media sosial tidak berubah, ada yang pro dan kontra. Saya mewanti-wanti dari awal, jangan sampai kemenangan Taliban ini membuat bangsa Indonesia terpecah,” kata Kiai Taufik, dikutip dari laman resmi NU, Rabu, 25 Agustus 2021.
Dia memberikan alasan bahwa masalah Afghanistan adalah urusan negara lain sehingga bukan urusan utama masyarakat Indonesia.
Terpenting bagi Indonesia adalah menjaga pengaruh negatif konflik Taliban akan sampai ke Indonesia.
“Secara pribadi mengapresiasi sikap Indonesia melalui OKI yang sudah tegas meminta rekonsiliasi di Afghanistan dan melibatkan semua pihak. Rekonsiliasi tidak akan berhasil jika tidak melibatkan kaum perempuan. Artinya, pemerintah Indonesia sangat peduli pada perempuan,” kata dia.
Kiai Taufik Damas mengingatkan keraguan masyarakat anti-Taliban berdasarkan pernyataan dari juru bicara Taliban yang akan memberikan kebebasan kepada perempuan. Di sini pula adalah bukti selama ini Taliban membatasi hak perempuan.
Dia menjelaskan, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melihat Afghanistan bukan hanya dari kacamata kenegaraan, tapi konflik kemanusiaan yang berkepanjangan. Miris melihat orang yang konflik, tidak tahu berapa tahun lagi mereka bisa membangun negara secara normal.
Garis besarnya, konflik di Afghanistan semua tergantung faksi-faksi yang ada di Afghanistan bagaimana mereka mengkompromikan. Ini sulit, karena mereka sudah puluhan tahun terbiasa dengan angkat senjata. Sejarah mereka itu mudah sekali membunuh orang.
“Saya melihat masyarakat dunia sudah ke arah positif memandang Islam, kecuali yang tidak terdidik. Afghanistan dan Taliban dilihat bukan sebagai wakil Islam,” ujarnya.
Lebih lanjut, Kiai Taufik menambahkan masyarakat Islam boleh khawatir perbuatan Taliban mendatangkan imbas ke Islam berupa Islamofobia dan khususnya Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar.
Sehingga susah jika ada orang Islam Indonesia ke luar negeri. Bahkan, beberapa pihak mulai menyeret Nahdlatul Ulama dalam pusaran pro dan kontra terkait kembali berkuasanya Taliban di Afghanistan.
“Di media sosial juga ada narasi jika Nahdlatul Ulama mendukung Taliban, yang perlu diluruskan di sini adalah saat itu ada delegasi Taliban datang ke Indonesia untuk belajar Islam Nusantara. Mereka tertarik dengan keberagaman Indonesia, tapi bisa bersatu,” ujar Kiai Taufik. (RB)