Take a fresh look at your lifestyle.

- Advertisement -

Viral di Medsos, Ini Penjelasan Gubernur Jabar Ridwan Kamil Atas Desain Masjid Al-Safar

0 18

Ibadah.co.id –Belakangan ini viral di media sosial dan grup-grup WA bahwa desain Masjid Al-Safar karya Gubernur Jabar Ridwan Kamil itu mencontoh atau serupa dengan simbol iluminati Yahudi. Sebaliknya menurut Kang Emil, sapaan akrabnya, masjid rancangannya itu taka da hubungannya dengan segi tiga iluminati, melainkan trapesium.

Dalam acara yang diselenggarakan oleh MUI Jabar di Bale Asri Pusdai Jabar, Kota Bandung, (10/06), Gubernur Jabar itu menjelaska, juga turut hadir Ustad Rahmat Baequni yang juga sempat mengulas tentang desain masjid yang berdiri di rest area Km 88 B Jalan Tol Cipularang itu.

Emil membantah bahwa bila dirinya sengaja membuat simbol atau bentuk yang berkaitan dengan illuminati dalam desain masjid buatannya. Dalam pembuatan desain masjid tersebut terinspirasi dari bentuk alam yang tidak teratur.

Dia juga menyebut, pembuatan desain yang dia terapkan dalam masjid Al-Safar menggunakan teori melipat layaknya membuat origami masyarakat Jepang. Sehingga bentuknya tidak bisa lepas dari bentuk segitiga.

“Dalam ilmu arsitektur ada teorinya, namanya teori melipat seperti origami orang Jepang. Dengan melipat kita bisa membentuk bentuk yang tidak beraturan bisa berdiri. Bentuk tidak beraturan ini secara alami ini membentuk segetiga. Itu jari kita kalau di zoom itu bentuknya segitiga,” ucapnya.

Kemudian, lanjut dia, bentuk dari mihrab dan pintu masuk Masjid Al-Safar bukanlah segitiga. Melainkan berbentuk trapesium. Karena bila dilihat, katanya, bagian atas dari mihrab dan pintu masuk masjid tersebut tidak lancip.

“Sekarang disampaikan bahwa bentuknya segitiga. Ini bukan segitiga, ini adalah trapesium. Segitigamah A+B+C. Kalau trapesium itu A+B+C+D karena atasnya dipancung. Maka rumus matematikanya beda dengan segitiga,” katanya.

Selain itu, kata Emil, lingkaran yang berada di mihrab Masjid Al-Safar bukan menjadi desainnya. Menurutnya itu adalah tambahan dari pihak kontraktor dan tanpa sepengetahuan dirinya.

“Saya klarifikasi sekarang desain saya tidak pakai lingkaran. Karena proyeknya mangkrak oleh Jasa Marga, saat saya datang sudah seperti itu. Saya tanya kenapa ada lingkaran, katanya kreasi dari kontraktor,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Emil menyampaikan, beberapa referensi terkait desain Masjid Al-Safar dari sejumlah pihak. Seperti Waketum MUI Pusat yang menyatakan tidak mempermasalahkan desain masjid tersebut dan sah digunakan sebagai tempat ibadah.

“Menurut Waketum MUI, masjid Al-Safar di area tol Cipularang sah menjadi tempat salat. Tidak ada aturan khusus desain suatu masjid. Kemudian entah kenapa kita mendapat penghargaan dari Arab Saudi. Alasannya tidak ada aturan dalam desain masjid,” ujarnya.

Emil berharap, masyarakat bisa paham atas penjelasannya itu. Dia juga mengajak semua pihak untuk tidak mudah terprovokasi dan tetap saling menjaga persatuan.

“Imbauan saya sebagai umaro kita cari persamaan. Karena kalau berantem seperti ini terus bangsa ini tidak akan pernah maju,” ujarnya.

MUI Ajak untuk Saling Menahan Diri dan Memahami

MUI Jabar meminta semua pihak bisa menahan diri terkait kontroversi desain Masjid Al Safar yang disebut mengandung simbol illuminati. Sikap saling menghormati dan menghargai harus dikedepankan atas masalah tersebut.

“Alhamdulillah tadi kita dengar secara langsung, apa yang disampaikan kedua belah pihak itu sesuai dengan keahlian masing-masing hasil ijtihad (mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara),” kata Ketua MUI Jabar Rachmat Syafei, usai diskusi umum bersama Gubernur Jabar Ridwan Kamil dan Ustaz Rahmat Baequni, di Bale Asri Pusdai Jabar, Kota Bandung, seperti dilansir detik.com, (10/6/2019).

Menurut dia, pandangan terkait simbol-simbol illuminati merupakan hasil kajian yang dilakukan Ustaz Rachmat Baequni sehingga apa yang dijelaskannya tidak salah dan patut dihargai.

Begitu juga dengan apa yang dijelaskan Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengenai desain masjid Al Safar. Menurutnya itu hasil buah pikir orang nomor satu di Jabar tentang keahliannya pada dunia arsitektur.

“Ustaz Rachmat menyampaikan keyakinan berdasarkan surat di Alquran sudah kita dengar dan tidak berhak menyalahkan. Kalau begitu saling menghormati semua yang disampaikan. Kepada ilmu arsitek juga sesuai teori arsiteknya,” katanya.

Menurutnya saat ini yang paling penting adalah bagaimana menjaga silaturahmi dengan menghargai perbedaan. Jangan sampai malah saling menjatuhkan apalagi menghujat.

“Jadi sekarang bagaimana silaturahmi ini seandainya berbeda dalam lingkup hasil ijtihad, yaitu saling menghargai. Tidak boleh menghina pendapat orang lain,” terangnya. (ed.AS/ibadah.co.id)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Leave A Reply

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy