Ibadah.co.id – Musibah-demi musibah terus melanda bangsa ini, mulai terorisme, banjir, sampai yang terakhir ini wabah virus corona. Yang terakhir ini, hampir semua negara dilanda ketakutan akan adanya virus yang berasal dari China tersebut. banyak mudharat yang disebabkan, soal perekonomian tentu yang terkena dampak utamanya.
Terkait hal itu, bagaimana pandangan kita sebagai orang beragama, khususnya umat muslim? Berikut nasihat dari Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas, sebagaimana pesan yang diterima ibadah.co.id (03/03/2020).
Kalau ada suatu musibah yang menimpa kita (umat Islam), maka dalam perspektif Agama Islam ada 3 kemungkinannya.
Pertama, itu tak lain adalah ujian dari Allah. Kedua, azab dari-Nya. Ketiga, karena cinta-Nya kepada kita. Dan kita tidak tahu apakah kehadiran virus Corona ini ujian, azab dan atau karena cinta Allah kepada kita.
Oleh karena itu sebagai orang yang beragama kita hendaknya menjadikan kehadiran dari virus ini sebagai momen untuk mengoreksi diri apakah tingkah laku dan perilaku kita selama ini sudah baik dan benar atau belum. Kalau belum ya mungkin saja ini azab dari Tuhan kepada kita.
Oleh karena itu kalau ini merupakan azab karena murka Tuhan kepada kita maka kita minta ampunlah kepada-Nya agar kita dijauhkan dari azab ini. Tapi kalau kita sudah berbuat baik dan benar selama ini maka ini jelas bukan azab tapi adalah ujian dari-Nya kepada kita.
Untuk itu kita harus meningkatkan kesabaran kita agar kita semakin disayang oleh-Nya. Tetapi juga mungkin Tuhan sayang kepada kita sehingga dikasihnya kita penyakit agar kita semakin dekat kepadanya dan semakin banyak menyebut nama-Nya sehingga sayang-Nya kepada kita semakin bertambah. Masalah yang manakah dari ketiga ini yang telah terjadi pada kita dengan kedatangan virus Corona ini.
Tidak ada yang bisa memastikannya. Oleh karena itu ada dua hal yang harus kita lakukan dalam menghadapi masalah ini.
Pertama mengatasi masalah ini secara keilmuan. Untuk itu kita harus memperhatikan ketentuan2 yang telah dibuat oleh para ahli dalam hal ini tentu saja dari para pakar dalam dunia medis dan kedokteran.
Kedua kita melakukan evaluasi diri dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan dengan melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangannya.
Kalau kedua hal itu sudah kita lakukan maka sikap kita tentu saja berpasrah diri kepada-Nya karena ditangan-Nyalah segala sesuatu itu akan bisa ada dan atau tidak akan ada. (ed.AS/ibadah.co.id/rilis/sekjen MUI)