Wapres Berharap NU Jadi Lokomotif Perbaikan
Ibadah.co.id – Menjelang 1 abad Nahdlatul Ulama (NU), Wakil Presiden (Wapres), KH Maruf Amin berharap NU dapat menjadi lokomotif gerakan perbaikan di semua aspek.
Wapres berharap NU dapat mengelola potensi yang dimilikinya menjadi kekuatan penggerak di berbagai sektor.
Wapres menegaskan, sebagai organisasi kemasyarakatan (Ormas) Islam terbesar di Indonesia, NU memiliki potensi yang besar.
“Tantangannya bagaimana mengonversi potensi itu menjadi suatu kekuatan dan bagaimana menjadikan potensi yang dimiliki NU sebagai lokomotif gerakan perbaikan,” kata Wapres dalam orasi ilmiahnya di Puncak Peringatan Hari Lahir ke-99 NU Kamis (17/2/2022).
Kiai Maruf menilai, potensi NU antara lain memiliki banyak ulama, baik yang berkaliber nasional maupun internasional.
NU juga memiliki banyak intelektual/cendekiawan, baik lulusan dalam dan luar negeri, jaringan profesional dan kelas menengah, baik dari kalangan pengusaha maupun juga dari profesi yang lain. Bahkan, NU juga memiliki jaringan internasional, dengan banyaknya PCI-PCI (Pengurus Cabang Istimewa) di berbagai negara.
Hanya saja tantangan yang dihadapi NU sekarang adalah bagaimana mengoptimalkan potensi yang dimiliki itu menjadi kekuatan riil yang terintegrasi, terkoordinasi, dan terkonsolidasi. Karena itu, NU harus dapat mengoptimalkan potensi besar tersebut menjadi sebuah kekuatan untuk membuat perbaikan di berbagai sektor.
“Bukan merupakan kekuatan yang hanya terkumpul tapi tidak memberikan dampak dinamika terhadap perbaikan-perbaikan, tetapi dia justru bagaimana bisa menjadi kekuatan itu, lokomotif penggerak di berbagai sektor. Ini tantangan kita punya banyak potensi tapi dia tidak bisa menjadi penggerak apa-apa,” katanya.
Wapres menilai ini juga sejalan dengan tujuan didirikannya NU yaitu sebagai gerakan untuk memperbaiki umat atau dikenal dengan jam’iyatul ishlahiyah (organisasi perbaikan). NU juga gerakan menyangkut masalah keagamaan maupun masalah kemasyarakatan baik ekonomi, soal budaya, soal politik.
Untuk itu, dia mengingatkan para pemimpin NU harus dapat berperan sebagai penggerak agar NU sebagai lokomotif gerakan perbaikan.
“Hendaklah para pemimpin di dalam tubuh NU sendiri, baik di pusat, wilayah, maupun di daerah, cabang, sampai ranting, mereka berfungsi sebagai muharrik, sebagai penggerak, sebagai “dinamo” yang bisa menggerakkan untuk memberikan kemanfaatan umat dan bangsa,” katanya. (AFZ)
Baca juga : Kemenag Dukung Percepatan Layanan Digital di Perpustakaan Masjid