Ibadah.co.id –Majelis Ulama Indonesia (MUI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mendorong adanya pembenahan fasilitas yang bisa memperkuat Yogyakarta sebagai salah satu destinasi wisata halal di tanah air.
“Fasilitas yang ramah muslim maksudnya akses-akses untuk beribadah untuk wisatawan itu dibuat agar tersedia dan jaraknya tidak terlalu jauh dari pusat wisatawan berada,” kata Ketua Umum MUI DIY Machasin, Jumat, 10 Maret 2023.
Machasin mencontohkan, meski sebagian besar hotel-hotel di Yogyakarta sudah menyediakan musala, namun belum seluruhnya memasang pemandu arah kiblat di setiap kamarnya sehingga kadang wisatawan kebingungan mencari arah kiblat. “Saya pun pernah salah salat menghadap ke timur saat menginap di salah satu hotel karena tidak ada petunjuk kiblatnya,” kata dia.
Begitu pula di area publik seperti bandara. Machasin mencontohkan fasilitas musala di dekat tempat pengambilan bagasi di Bandara Yoyakarta International Airport.
“Adanya musala di dekat tempat (pengambilan bagasi di bandara YIA) tersebut sudah tepat, karena itu membantu wisatawan mengejar waktu salat saat antre mengambil barang dari bagasi pesawat,” kata Machasin.
Machasin mengatakan tren wisatawan yang makin gemar menggunakan transportasi publik harus juga memperhatikan fasilitas-fasilitas ramah untuk ibadah ini. Tak hanya di bandara, tapi terminal dan stasiun.
“Yogya secara umum fasilitas untuk pendukung wisatawan muslim sudah layak, namun belum bisa dikatakan ramah, karena faktor lokasinya mungkin terlalu jauh dari wisatawan berada atau pun kelengkapan penunjangnya,” kata Machasin.
Untuk memperkuat wisata halal itu, kata Machasin, juga perlu melihat kondisi fasilitas di destinasi-destinasinya juga. “Yogya tiap tahun didatangi jutaan orang, namun untuk fasilitas di destinasi ini kami melihat masih belum moslem friendly, kalau layak mungkin sudah layak, tapi belum tentu ramah,” ujarnya.
Kemudahan ibadah bagi wisatawan terutama muslim, menurut Machasin, bisa menambah daya tarik bagi Yogyakarta. “Industri wisata menarik banyak orang salah satunya ketika orang merasa praktis, tidak kesulitan saat melakukan banyak hal, termasuk ibadahnya,” ujarnya.
Sumber : Tempo