Ibadah.co.id – Fokus utama Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan di tengah pandemi yang belum berakhir ini adalah menurunkan resiko kematian calhaj. Kapuskes Haji Kemenkes Budi Sylvana menargetkan untuk menurunkan angka kematian di bawah satu per mil dari kuota nasional sebanyak 100.051 jamaah haji Indonesia.
Berdasarkan evaluasi Puskes Haji, selama 15 tahun terakhir penyelenggaraan haji, angka kematian jamaah haji Indonesia lebih tinggi dibandingkan Malaysia dan India. “Untuk itu, perlu ada yang diperbaiki dalam penyelenggaraan haji ini,” kata Budi saat berbincang dengan Republika, belum lama ini.
Upaya Puskes Haji menurunkan angka kematian pada jamaah itu dilakukan dengan membuat rencana operasi (renop) kesehatan haji yang perlu dijalankan panitia penyelenggara ibadah haji (PPIH) Arab Saudi bidang kesehatan. Budi membagi PPIH Arab Saudi bidang kesehatan menjadi tujuh tim yang masing-masing memiliki renop.
“Pesan saya adalah bekerjalah berdasarkan rencana operasi (renop) yang sudah ditentukan. Jangan lari dari renop. Tujuannya apa? Kita punya misi turunkan angka kematian satu per mil,” demikian pesan Budi Sylvana saat memberikan pembekalan PPIH Arab Saudi bidang Kesehatan di Lakespra dr Saryanto pada bulan Mei.
Di antara tujuh tim PPIH Arab Saudi bidang kesehatan, tim pertama, yaitu Tim Surveilans, bertugas menyediakan hasil analisis terhadap data pelayanan kesehatan dan memberikan informasi tentang hasil pelayanan kesehatan jamaah haji, baik tingkat kloter, sektor, daerah, maupun di Arab Saudi.
Kedua, Emergency Medical Team (EMT) yang bertugas memperkuat penyelenggaraan pelayanan kesehatan dengan deteksi dini kegawatdaruratan, emergency response, evakuasi dan rujukan jamaah, dan pencatatan jamaah yang ditangani di empat sektor. Ketiga, Health Promotion Team (HPT) yang bertugas memberikan pelayanan dalam bentuk promosi kesehatan (promkes), perlindungan khusus, diagnosis dini dan pengobatan yang cepat dan tepat.
Tim keempat, yaitu Tim Sanitation and Food Security. Tim ini bertugas melakukan inspeksi kesehatan makanan jamaah haji, intervensi, dan rekomendasi kesehatan lingkungan di Daker Makkah, Madinah, dan Bandara. Kelima, Tim Logistik dan Perbekalan Kesehatan yang bertugas menjamin ketersediaan logistik dari tingkat kloter, sektor, Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan Daerah Kerja (Daker) Jeddah, Makkah, dan Madinah.
Keenam, Tim Mobile Bandara (TMB) yang bertugas menyediakan pelayanan deteksi dini kegawatdaruratan, tata laksana kegawatdaruratan, mempercepat proses rujukan dan evakuasi terhadap jamaah yang mengalami gangguan kesehatan di bandara, serta melaksanakan promotif preventif pada jamaah haji yang baru tiba di Arab Saudi pada fase pra-Armuznadan yang akan meninggalkan Arab Saudi pada fase pasca-Armuzna. Pada fase Armuzna, TMB memberikan pelayanan kegawatdaruratan, rujukan, dan evakuasi di pos kesehatan Arafah.
Tim ketujuh adalah Kantor Kesehatan HajiIndonesia (KKHI) yang bertugas memberikan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan yang didukung oleh manajerial, medical service, dan medical support.
Dokter Umar Muhammad Said, spesialis penyakit dalam yang sudah dua kali menjadi petugas kesehatan haji di Daker Makkah dan Madinah, ini mengakui banyak terobosan yang dilakukan Kapuskes Haji Budi Sylvana dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian pada jamaah haji Indonesia. Salah satu di antaranya penguatan peran Health Promotion dengan menggalakkan kampanye “jangan tunggu haus”, gerakan peduli hipertensi bagi jamaah haji.
“Semua petugas kesehatan haji turun ke lapangan kampanyekan ini. Tentu, ini terobosan yang luar biasa,” kata dr Umar M Said yang kini bertugas di KKHI Madinah.
Menurut dia, terobosan lainnya adalah penguatan KKHI Madinah dengan meningkatkan jumlah dokter spesialis yang bertugas dan langsung melayani jamaah kegawatdaruratan saat tiba di Instalasi Gawat Darurat KKHI Madinah. Jamaah yang dibawa ke KKHI tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan penanganan.
“Tentu, dengan penanganan lebih cepat ini, jamaah dapat segera ditentukan kegawatdaruratannya apakah perlu dirawat inap atau tidak,” ujarnya.
Selain itu, terobosan Kapuskes Budi adalah meminta dokter spesialis untuk juga turun melakukan visitasi jamaah haji yang dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) dan dilakukan pula visitasi pada sektor dan kloter. Tujuannya untuk mendeteksi dini perburukan dari penyakit yang sudah diderita oleh jamaah haji Indonesia. “Dan, bila perlu segera dirujuk ke KKHI Madinah,” katanya.
Dokter spesialis penyakit dalam KKHI Madinah, Muhammad Mansyur, mengatakan, terobosan lain Puskes Haji adalah melakukan medical check up (MCU) kepada jamaah haji di KKHI Madinah dua pekan menjelang prosesi Armuzna. MCU bertujuan untuk skrining dan deteksi dini terhadap jamaah risiko tinggi sehingga dapat dipetakan sesuai dengan risikonya menjelang puncak Armuzna.
“Untuk pertama kalinya dibuka pelayanan poliklinik risiko tinggi di KKHI Makkah yang ditujukan untuk jamaah dengan penyakit jantung, hipertensi, paru, diabetes, dan jamaah risti lainnya,” katanya.
Menurut dia, upaya yang dilakukan di KKHI Makkah ataupun di KKHI Madinah, muaranya tidak lain adalah untuk mempersiapkan jamaah agar tetap berada pada kondisi kesehatan optimal dan dapat meminimalkan angka kematian pada mereka yang ditemukan memiliki kondisi penyakit yang cukup berat. Dengan demikian, jamaah dapat direkomendasikan untuk disafariwukufkan atau dibadalhajikan.
“Hal ini merupakan salah satu inovasi untuk mencapai target atau misi mencapai angka kematian di bawah satu permil,” katanya.
MAN
Sumber : Republika
Baca juga : Syarat Sah Hewan Kurban, Ini Penjelasan MUI Pekalongan!