Jakarta, Ibadah.co.id –10 Muharram merupakan hari di mana banyak peristiwa-peristiwa menggembirakan, seperti diterimanya taubat Nabi Adam As, Selamatnya Nabi Nuh As dari peristiwa banjir, Selamatnya Nabi Musa As dari kejaran Fir’aun dan tentaranya, Disembuhkannya Nabi Ayyub As dari sakitnya, Nabi Isa As dilahirkan dan diangkat ke Langit, dan berbagai macam peristiwa lainnya.
Akan tetapi dibalik peristiwa-peristiwa tersebut, terdapat peristiwa yang sangat memilukan bagi Umat Islam di Dunia, yaitu terbunuhnya Sayyidina Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu kesayangan Nabi Muhammad Saw di Karbala, Irak, tahun 680 M.
Peristiwa Karbala (bahasa Arab:واقعة كربلا) atau Peristiwa Asyura ( واقعة عاشوراء) adalah perang dan kesyahidan Imam Husain as bersama sahabat-sahabatnya melawan pasukan dari Kufah yang terjadi pada 10 Muharram 61 H/680 di bumi Karbala, dimana mereka berperang melawan Yazid khalifah kedua bani Umayyah. Tragedi Karbala merupakan peristiwa sejarah Islam yang paling menyayat hati kaum muslimin terkhusus orang-orang Syiah. Mereka setiap tahun pada peringatan haulnya mengadakan acara duka begitu besar dan menyeluruh.
Peristiwa ini bermula dari matinya Muawiyah (15 Rajab 60 H/679) dan awal mula pemerintahan anaknya, Yazid dan berakhir dengan dipulangkannya para tawanan Karbala ke Madinah. Hakim Madinah bersikeras mengambil baiat dari Imam Husain as untuk Yazid. Husain bin Ali untuk lari dari baiat ini, iapun pergi dari Madinah ke Mekah di malam hari. Dalam Perjalanan ini, keluarga Imam as, sejumlah orang dari bani Hasyim dan sebagian orang-orang Syiah bersama Imam Husain as.
Imam Husain as menetap di Mekah sekitar 4 bulan. Dalam jangka waktu ini surat-surat undangan warga Kufah sampai ke tangan beliau. Dengan memperhatikan kemungkinan dirinya akan dibunuh oleh antek-antek Yazid dan adanya undangan orang-orang Kufah, Imam as pada hari ke-8 Dzulhijjah meninggalkan Mekah menuju Kufah. Sebelum sampai di Kufah, beliau mengetahui pengkhianatan orang-orang Kufah dan kesyahidan Muslim bin Aqil yang diutus beliau untuk menyelidiki situasi dan kondisi di sana. Setelah Hur bin Yazid menutup jalan untuk Imam as, beliau pergi menuju Karbala dan di sana beliau berhadapan dengan pasukan Umar bin Sa’ad. Umar bin Sa’ad diangkat sebagai komandan perang oleh Ubaidillah bin Ziyad.
Dua pasukan itu berperang sengit pada 10 Muharram atau hari Asyura. Dalam perang ini, Imam Husain, saudaranya Abbas bin Ali as, anaknya yang berumur 6 bulan Ali Ashgar, 17 orang dari bani Hasyim dan lebih dari 50 orang dari sahabat-sahabatnya meneguk cawan syahadah. Sebagian penulis kronologi kesyahidan memandang Syimr bin Dzil Jausyan sebagai pembunuh Imam Husain as. Para bala tentara Umar bin Sa’ad menginjak-injak jasad para syuhada dengan kaki-kaki kuda mereka. Sore hari Asyura, pasukan Yazid menyerang kemah-kemah orang-orang yang ditinggalkan pasukan Imam Husain as dan membakarnya. Orang-orang Syiah menamakan malam ini dengan “malam keterasingan” (malam Ghariban). Karena sedang sakit, Imam Sajjad as tidak ikut berperang, dan bersama Sayidah Zainab sa, seluruh kaum wanita dan anak-anak kecil menjadi tawanan pasukan Kufah. Para pasukan Umar bin Sa’ad menancapkan kepala-kepala para syuhada di ujung tombak, dan bersama para tawanan dibawa kepada Ubaidillah bin Ziyad di Kufah dan dari sana dibawa ke hadapan Yazid di Syam.
Peristiwa Asyura menjadi inspirasi bagi perlawanan-perlawanan selanjutnya di kalangan penganut Syiah seperti perlawanan Tawwabin dan perlawanan Mukhtar.
Sumber : Wikishia