Take a fresh look at your lifestyle.

Kondisi Bukan Penyebab untuk Bersikap Malas atau Tidak Menerima Kenyataan

0 177

Ibadah.co.id-Sadar atau tidak, kita terlalu sulit untuk mengungkapkan rasa yang tidak enak terhadap apa yang sudah tersedia. Adapula yang terlalu asyik dengan ketidakbaikan dan menganggapnya sebagai nasib yang harus diterima. Ada juga yang sebaliknya, tak bisa menerima dan selalu menyalahkan tanpa berusaha untuk mengubah semuanya menjadi lebih baik. Bermacam-macam sikap manusia terhadap nasib dan takdir mungkin bisa membuat kalian menjadi lebih bijak dan mengedepankan effort daripada ekspektasi. Dan inilah yang akan kita bahas dalam buah tangan saya ini. Stop tell you can’t do it, if you know have a positive energy and many chances.

Selama ini kita tahu nasib dan takdir sudah ada di tangan Tuhan, tetapi perlu kita tahu bahwa nasib bisa kita ubah dengan ikhtiar dan doa yang harus kita lakukan jika ingin memiliki kehidupan yang baik. Kita ambil contoh saja yang sederhana, ketika kita pernah berada di titik teratas, hidup serba ada dan selalu bisa kemana-mana, dan apa yang kita inginkan akan terwujudkan. Tetapi, bila kita terjun ke titik bawah, di medium saja jangan terlalu bawah, pasti muncul keresahan dalam hati dan pikiran perlu diperas sedikit untuk memperjuangkan apa yang kita mau.

Dalam kehidupan yang berada di titik bawah ini, perjuangan dan pengorbanan lebih terasa dibanding dengan berpura-pura tak mampu saat kita mampu dan memaksakan diri untuk berjuang meskipun keadaan sudah mumpuni. Namun, ada baiknya juga ketika keadaan yang serba ada justru ingin merasakan perjuangan hidup yang terasa berat di mata orang lain. Perjuangan untuk mengubah nasib memang perlu niat dan kerja keras yang disertai dengan doa, tanpa doa usaha sekeras apapun akan nihil. Maksudnya, perjuangan yang kita alami hanya berbuah di luar saja tanpa ada kepuasan batin.

Dalam pelaksanaannya, kita jangan sampai termakan dengan indahnya doa dan keharusan effort atau kerja keras yang harus dilakukan. Adanya ikhtiar, doa dan tawakkal menjadi satu kesatuan yang dapat mengubah energi dan pikiran kita menjadi sangat positif dan sangat disukai Allah. Orang-orang yang gemar berjuang, senang dalam pekerjaannya, senang juga akan segala pengorbanan meskipun dia letih dan lelah dalam memenuhi akan kebaikan nasibnya akan mendapatkan ganjaran yang setimpal bahkan lebih dari itu.

Namun, gigihnya ikhtiar, jangan sampai melemahkan tawakal kita kepada Allah SWT. Dan, kuatnya tawakal kepada Allah, jangan sampai melemahkan ikhtiar kita. Ikhtiar dan tawakal harus selaras, seimbang, beriringan. Inilah yang menjadi kunci agar kita mendapat pertolongan Allah SWT.

Seimbangnya tawakal dan ikhtiar bentuknya adalah dengan serius dalam taubat, lurus dalam niat, bagus dalam ibadah, serius dalam memperbaiki diri. Dan, tentu saja serius juga dalam ikhtiar kita. Jangan sampai kita sungguh-sungguh dalam doa dan tawakal akan tetapi dalam ikhtiar kita alakadarnya saja bahkan berleha-leha.

Apalah artinya kerja keras kita kalau Allah tidak menolong kita. Sekeras apapun upaya, kalau Allah tidak ridha, tidak memberi pertolongan, maka tidak akan mencapai hasil yang diharapkan. Maka, maksimalkanlah ikhtiar kita sembari tetap bersandar dan bergantung hanya kepada Allah SWT. Tidak perlu berharap-harap pada penilaian makhluk, tidak perlu bergantung pada balasan dari makhluk. Fokuskan saja pada ikhtiar kita semaksimal mungkin, sebaik mungkin, jauhi hal-hal yang tidak Allah sukai dan berserah diri kepada-Nya.

Tawakal dan ikhtiar semestinya adalah satu kesatuan, harus sama-sama kencang, sama-sama serius, sama-sama sungguh-sungguh. Inilah yang akan mengundang datangnya pertolongan Allah SWT.

Anda bisa berubah, jika Anda mau mengubah diri Anda

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri, (QS. Ar-Ra’d:11).

Apapun kondisi Anda saat ini, jika Anda mau berubah, maka Anda harus mengubah diri sendiri. Dengan kita mengubah nasib kita yang buruk, bukan berarti kita tidak menerima apa yang dikodratkan Tuhan, pun kita tak akan bisa bertahan dalam garis kesengsaraan. Maka dari itu, ayat ini menjadi penyemangat hidup dan motivasi bagi kita untuk selalu bergerak dan berubah menjadi lebih baik.

Syaikh Ibnu Katsir dalam tafsirnya menukil riwayat Abi Hatim yang isinya:

Allah berfirman kepada seorang Nabi dari para nabi Bani Israil: Katakan pada kaummu, sesungguhnya tidak ada satu pun penduduk desa dan penghuni rumah yang taat kemudian mengubahnya menjadi maksiat pada Allah, kecuali keadaan yang mereka sukai akan berubah menjadi keadaan yang tak mereka sukai. (Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, vol. IV, hlm. 440)

Ayat ar-Ra’d: 11 di atas selaras dengan firman Allah di ayat lain berikut ini: “Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah diberikan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui, (QS. Al-Anfal: 53)

Dengan demikian semua ayat di atas maknanya selaras dan tak bertentangan satu sama lain. Intinya, usaha tak bisa dipertentangkan dengan takdir sebab usaha itu sendiri, baik usaha positif atau usaha negatif, adalah juga bagian dari takdir. Wallahu a’lam. (HN/Kontributor)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Leave A Reply

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy