Jakarta, Ibadah.co.id –Perayaan Milad MUI ke-48 memiliki perbedaan dari perayaan-perayaan sebelumnya. Pada tahun ini, acara tersebut diselenggarakan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) sebagai representasi miniatur Indonesia, dan yang menarik adalah Dewan Pimpinan MUI juga mengenakan pakaian adat sebagai simbol persatuan dalam konteks tahun politik.
“Sekarang ini di tahun politik, pakaian berwarna agak sensitif, tapi pakaian adat insyaallah tidak, ” ungkap Ketua Panitia Milad MUI ke-48, Lukmanul Hakim, saat memberikan sambutan di puncak acara Milad MUI di Gedung Sasana Kriya, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.
“Alhamdulillah pada malam hari ini, bapak Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin dan Ibu Wury memakai pakaian adat dari Sumatera Selatan, Wakil Ketua Umum MUI KH Marsudi Syuhud dari Jawa Barat, Prof Amany Lubis memakai pakaian adat dari Tapanuli Selatan, dan Sekretaris Jenderal MUI Buya Amirsyah Tambunan memakai pakaian dari Melayu, ” imbuhnya.
Selain itu, imbuh dia, ada juga Ketua MUI Bidang Halal dan Ekonomi Syariah KH Sholahuddin Al Aiyub memakai pakaian adat dari Jawa Tengah, Ketua MUI Bidang Fatwa KH Asrorun Niam Sholeh memakai pakaian adat dari Jawa Timur seperti halnya Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Cholil Nafis.
“Khusus untuk Ketua MUI Bidang Infokom, KH Masduki Baidlowi kita belum menyiapkan pakaian adat khas Madura yang loreng merah putih itu, ” imbuhnya sambil berkelakar.
Hampir semua Dewan Pimpinan MUI malam itu memang memakai pakian adat. Bahkan sosok Ketua MUI bidang Pendidikan dan Kaderisasi KH Abdullah Jaidi juga memakai pakaian adat.
Padahal Kiai Jaidi termasuk sosok yang dituakan di MUI terbukti dari selalu terpilihnya beliau sosok sebagai pemimpin doa di acara besar MUI. Namun beliau tetap mau mengenakan pakaian adat sebagai symbol persatuan di tengah kebhinekaan.
Selain pakaian, Dewan Pimpinan MUI pada malam itu juga menyepakati lima poin Mitsaq Wathani atau Komitmen Kebangsaan.
Sumber : MUI