Contoh Rasulullah, Menag Ajak Umat untuk Beragama dengan Akal Sehat
Ibadah.co.id, Jakarta –Rasulullah SAW selalu mencontohkan umatnya untuk beragama dengan menggunakan akal sehat. Hal tersebut sepatutnya juga menjadi contoh atau teladan yang harus diikuti umat dalam beragama.
Demikian disampaikan Menteri Agama Fachrul Razi saat menyampaikan pesan Ramadan dalam talkshow OBSESI (Obrolan Seputar Soal Islam), yang diinisiasi Direktorat Jenderal Bimas Islam Kemenag. “Setiap langkah Rasulullah dalam berdakwah, memimpin dan menjalankan agama selalu didasari dengan penalaran akal sehat,” ungkap Menag dalam talkshow yang digelar secara daring, Kamis (30/04).
Contoh yang diberikan Rasulullah ini menurut Menag sesuai dengan perintah Allah yang berulang kali menyebut afala tatafakarun dalam Al-Qur’an. “Allah SWT berulangkali menyebutkan, ‘apakah kamu tidak berpikir’ dalam Al-Qur’an. Ini artinya, dalam beragama kita harus senantiasa menggunakan akal sehat,” tutur Menag.
Dalam dialog yang juga disiarkan live pada channel Youtube Kementerian Agama ini, Menag memberikan beberapa contoh yang menunjukkan bahwa Rasulullah menggunakan akal sehatnya dalam berdakwah.
“Ketika pertama kali Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, beliau tidak langsung berdakwah terbuka. Tapi dengan pertimbangan akal sehat, beliau mulai dulu dari keluarga dan lingkaran terdekatnya. Ini strategi yang digunakan Rasulullah,” kata Menag.
Begitu juga menurut Menag, ketika Rasulullah memimpin hijrah dan beberapa peperangan pada masa perjuangan Islam. Saat perang Khandaq misalnya, Rasulullah menerima saran Salman Al-Farisi yang mengusulkan untuk menggali parit guna menghalau musuh.
“Semuanya selalu penuh pertimbangan akal sehat dan strategi yang matang,” imbuh Menag.
Menag pun menuturkan, akal sehat dan strategi ini harus digunakan umat beragama di tengah darurat Covid-19 yang saat ini sedang melanda Indonesia. “Misalnya, kita tahu bahwa shalat berjemaah di masjid lebih utama. Tapi, dalam kondisi saat ini, di mana virus Covid-19 diperkirakan akan menular melalui interaksi yang terjadi di antara manusia, maka berjemaah di masjid malah menjadi tempat potensial penularan,” ujar Menag.
“Maka akal sehat kita sebagai umat beragama tentu tahu bahwa shalat berjemaah di rumah akan lebih baik,” lanjut Menag.
Begitu juga menurutnya pilihan untuk tidak mudik. Ini menurut Menag merupakan pilihan akal sehat dan rasional guna mencegah penyebaran Covid-19.
“Dalam kondisi saat ini, kita harus menyeimbangkan dengan semangat beribadah dengan akal sehat. Sehingga, bagaimana kualitas ibadah kita tetap baik, tapi penyebaran Covid-19 juga bisa kita eliminasi,” pesan Menag. (ed.AS/ibadah.co.id/kemenag)