Ibadah.co.id – Dalam lingkungan pesantren semua santri dipelajari tentang ilmu agama melalui mediator kitab, ilmu-ilmu asing melalui kursus-kursus, ilmu mengenal dunia melalui organisasi, dan ilmu kerohanian melalui psikologi. Semuanya terangkum dalam wadah pendidikan non formal. Apabila semua ilmu sejalan maka lahirlah pakar-pakar ulama yang melindungi dari kesesatan problematika sosial.
Menurut Wasti Sumanto, psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku yang terjadi dalam proses pendidikan. Hal ini seleras dengan misi pesantren, yaitu mencetak santri yang berakhlak mulia. Sebab, pesantren dominan pada akhak daripada keilmuan. Artinya, jika akhlaknya bagus, maka cara berpikir sesorang akan ikut bagus. Akhlak akan menjadi energi yang dapat memfilter pelilaku di luar pemahaman.
Di pesantren manapun, para santri dididik belajar tentang psikologi meskipun ilmu barat yang banyak beredar di buku-buku. Akan tetapi mayoritas memilih ilmu psikologi melalui memaknai dari ilmu kitab klasik, karena mereka yakin pengarang kitab klasik telah mencapai kedudukan tasawufnya kepada Allah sedangkan dari buku-buku belum tentu pengarangnya orang Islam, bahkan belum tentu mereka menulis dengan cara berudhu`. Oleh karena itu tradisi pesantren sangat kental dan menjadi sentral kajian ilmu agama.
Baca Juga: Pesantren: Tradisi Islam yang Dilestarikan
Dalam ilmu psikologi pesantren, para santri dididik oleh Kiainya di ajari elmo temor (ilmu yang berasal dari timur). Biasanya berupa amalan, keteguhan, kecerdasan, dan ilmu-ilmu dalam (kanuragan).
Kegunaan ilmu tersebut untuk mewaspadai kalau terjadi serangan dari belakang. Bahkan dulu Kiai mewajibkan santri untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut karena dulu masih zamanya ninja, jadi untuk menghalau ninja masuk ke dalam lingkungan pesantren, maka santrilah yang berhak untuk membentengi dengan memakai ilmu tersebut.
Namun, sekarang bukan zamannya ninja maka santri yang ingin mendalami ilmu tersebut dipakai ketika pesantren sedang terjadi permasalahan seperti pencurian, perkelahian, menjelekkan nama baik pesantren. Oleh karena itu pentingnya ilmu psikologi dalam lingkungan pesantren menciptakan kedar-kedar pahlawan Negara lebih utama pahlawan pesantren.
Kedudukan ilmu psikologi pesantren, mendominasi pada kerohanian. Banyak para pengasuh pesantren mengisi kerohanian para santrinya melalui beberapa amalan yang bisa mendekatkan diri pada Tuhan, bukan kepentingan sendiri. Sebab, amalan tersebut terkandung zikir dan ayat Al-Quran di dalamnya.
Oleh Karen itu, ilmu psikologi pesantren menjadi energi tersendiri bagi dirinya dan menjadi sebuah karakter serta perilaku sesuai ajaran pesantren yang pernah diwariskan sesepuh. Dengan begitu, para santri dapat menjawab tantangan zaman, baik keagamaan, sosial, pendidikan atau tindakan yang menyimpang dari misi pesantren dan norma agama. (HN/Kontributor)