Take a fresh look at your lifestyle.

- Advertisement -

Tinjauan Falsafah Makanan Khas Banten dalam Ritual Kelahiran

0 161

Ibadah.co.id – Setiap daerah di seluruh Nusantara pasti mempunyai kearifan lokal masing-masing. Tidak terkecuali di Banten yang merupakan daerah bekas kesultanan. Banten tidak saja meninggalkan jejak sejarah dan peradabannya yang hebat tetapi juga mewariskan hal-hal yang kecil meski kadang diremehkan, terutama soal kekhasan makanan ketika disajikan dalam ritual daur kehidupan manusia Banten.

Dimulai dari pasangan pengantin yang baru nikah dan tengah mengandung, ada tradisi Banten yaitu punaran atau kunaran, yakni membuat ketan berwarna kuning, yang berasal dari kunir. Warna kuning pada nasi ketan tersebut mengandung makna kemuliaan, artinya kehamilan itu tanda tengah mengandung anak manusia yang dinantikan kelahirannya sebagai anugerah Tuhan. Punaran adalah tradisi awal memuliakan anak manusia.

Sajian kedua selain ketan kunar adalah bekakak ayam, ini selalu disajikan di setiap ritual apapun dan ini mungkin umum jadi tradisi masyarakat Nusantara. Bekakak dari ayam kampung yang dipanggang dan sudah dibumbui. Dimakan terutama untuk pasangan suami istri, ketika istrinya dinyatakan hamil. Biasanya ayam yang dipotong dari jenis ayam bidara.

Pada usia kandungan 4 bulan, tradisi di masyarakat Banten mengadakan selamatan yang makanannya khas yaitu Surabi, atau Serabi dan orang Serang menyebutnya Serbaheu. Dibuat 2 warna yaitu putih dan merah, yang dimaksud perpaduan unsur dalam dan unsur luar. Ada pula yang dimaksud Surabi itu adalah susu rabi ( susu istri ) yang ketika usia kandungan 4 bulan sudah mulai menyimpan air susu ( air kehidupan awal manusia). Selain Surabi ada makanan khas lagi yang juga disajikan di ritual selamatan 4 bulan tersebut, yaitu kue selimut. Selimut ini di masyarakat Banten selalu disajikan di setiap kegiatan ritual selametan.

Pada 7 bulan kehamilan, biasa diadakan selametan atau rujakan. Dalam tradisi rujakan tersebut disajikan bubur beras, yang dibuat 2 warna yakni putih dan merah ( tidak terlalu merah ), ini dua perlambang bahwa yang akan dialami cabang bayi tersebut kelak ia lahir di dunia, antara 2 pilihan hidup, selamat atau celaka, benar atau salah, pahala atau dosa, kebaikan atau keburukan, kebahagiaan atau kesengsaraan.

Usia di kandungan 7 bulan itu menunjukkan sudah menjadi manusia yang siap lahir di dunia. Maka sajian makanan khas disamping bubur ada pula rujak, yang dibuat dari buah-buahan seperti pisang kelutuk, jenis buah-buahan yang manis, asam dan pahit itu perlambang bahwa kelak anak manusia yang tengah dikandung ibunya itu akan merasakan pahit, manis dan getirnya kehidupan di dunia.

Makanan bubur dan rujak itu dibagikan biasanya setelah ngeriung selametan ” nujuh bulan ” ini dimaksud bahwa usia 7 bulan adalah kesiapan kelahiran anak manusia, melalui pembagian bubur dan rujak itu agar orang-orang di sekililing atau tetangganya mengetahuinya. Lalu kulit buah-buahan bekas rujakan itu dibuang di tengah jalan yang dilalui orang-orang itu untuk memberi tahu, bahwa tetangga, kerabat, handai tolan sudah harus siaga 1 menyambut kelahiran anak manusia yang tengah dikandung ibunya karena usianya sudah 7 bulan, dan biasanya kelahiran itu terjadi di usia 8 bulan atau 9 bulan.

Kemudian, saat kelahiran anak manusia di dunia, keluarganya terutama Ayah dari anak tersebut sudah harus menyambutnya dengan mengadakan ” suguh tamu ” yaitu menyiapkan nasi uduk atau nasi wuduk dengan walang kecil yang digoreng sebagai makanan khas yang dicampur di nasi uduk tersebut. Uduk asal dari wuduk, wuduk asal dari wudlu’ dan wudlu’ diartikan sudah suci bersih. Karena setiap anak manusia yang lahir di dunia dalam keadaan suci.

Secara teologis dalam perspektif ajaran Islam, ketika bayi yang lahir lalu diadzankan di telinga kanan dan diiqomatkan di telinga kiri oleh ayahnya atau siapapun dari keluarganya itu menunjukkan bahwa yang pertama yang dikenalkan pada bayi tersebut adalah Tuhan Allah azza wa jalla, Tuhan semua manusia.

Lalu ketika cukuran atau pemberian nama pada bayi yang lahir itu, syariat Islam mengajarkan agar menyembelih kambing aqiqah dan disajikan dengan kuahnya yang banyak agar semua tetangga ikut merasakannya. Pada cukuran bayi biasanya 7 hari setelah kelahirannya, ada adat yang sudah berlaku yaitu menyiapkan kelapa muda yang dilobangi dan di atas kulitnya ditancapkan uang kertas, dan pada nampan disediakan gunting dan damar, kini biasanya lilin. Rambut bayi yang sudah digunting itu dimasukan ke dalam kelapa muda.

Proses cukuran itu diawali tawassul, diakhiri doa untuk keselamatan hidup bayi. lalu dibacakan nama cabang bayi tersebut. Kemudian bayi dikelilingkan agar rambutnya tercukur, dan Kelapa muda itu juga dibawa keliling sambil orang-orang yang hadir membacakan sholawat atas Nabi Muhammad S.a.w.

Biasanya makanan khas seperti kue selimut, kue bugis, tape, jejorong, bolu koje, selimpu, pakis ketan dan makanan khas Banten lainnya selalu disajikan di setiap ritual daur kehidupan. Semua punya artinya masing-masing, semua makanan ada kandungan falsafahnya. Ini yang kita sering sebut local wisdom, atau khazanah kebudayaan luhur bangsa Nusantara.

Menjadi keniscayaan kita semua untuk menjaga, merawat sekaligus melestarikan adat istiadat bangsa. Karena di semua tradisi tersebut ada makna dan falsafahnya yang mengajarkan arti kehidupan manusia di dunia.

Ciujung 13 Oktober 2023

Penulis: Hamdan Suhaemi (Wakil Ketua GP Ansor Banten dan Ketua PW Rijalul Ansor Banten)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

Leave A Reply

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy