Wisata Yordania (2), Kenangan menuju Laut Mati
Ibadah.co.id –Tahun 2011, adalah tahun keberangkatan saya menuju Yordania, Ibu kotanya Amman. Negara yang kaya akan pariwisata, termasuk Laut Mati. Bahrul Mayyit bahasa arabnya dan Dead Sea bahasa inggrisnya.
Di negara ini saya memulai pendidikan strata satu (S1) di Universitas Islam Al- al Bayt. Letaknya di kota al-Mafraq, bisa di tempuh 2 jam perjalanan dari Ibu Kota.
Di sela-sela liburan semester, saya bersama teman-teman terbiasa mengisi kekosongan dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan fenomenal. Pada kesempatan ini penulis akan mengulas perjalanan wisata ke Laut Mati.
Pagi hari, kami meluncur menggunakan mobil menuju tempat yang sudah direncanakan (Laut Mati). Canda tawa selalu mengiri dalam perjalanan. Tak terasa, sekitar lima jam waktu yang dihabiskan untuk sampai di lokasi.
Dalam sejarahnya, Laut Mati sudah ada sejak tiga juta tahun yang lalu. Awalnya terbentuk karena adanya retakan kecil pada lembah sungai Yordan, yang akhirnya menyebabkan air laut masuk dan berkumpul di tempat ini sehingga berbentuk danau. Hasil retakan itu juga menghasilkan garam, kapur dan gipsu yang terdapat pada sepanjang retakan tersebut. (id.wikipedia.org).
Danau ini memiliki panjang 76 km dan lebar 16 km, juga memiliki kadar garam yang sangat tinggi di dunia, yaitu 33,7 persen atau sekitar 8 kali lebih asin dari laut biasa, sehingga tak ada kehidupan di dalam air. Kandungan garam yang tinggi ini membuat siapapun yang berenang di sini tidak akan tenggelam, sehingga nama Laut Mati pun disematkan pada danau ini.
Setelah tiba di lokasi, kami pun bergegas untuk berenang dan mengoleskan lumpur ke sekujur tubuh. Lumpur laut ini dipercaya bisa memperbaiki kulit, memperlancar sirkulasi darah serta dapat meningkatkan kesehatan tubuh. Bagi teman-teman yang mandi harus hati-hati karna cipratan air ini lumyan terasa pedas jika terkena mata.
Dari sini kita bisa melihat langsung perbatasan negara Israel yang dijaga ketat oleh para militernya.
Selain itu, keunikan tempat ini berada di titik terendah di bumi, yaitu pada 400 m di bawah permukaan laut dengan cuaca yang sangat panas. Sungguh nikmat Allah yang sangat agung. Selain bisa belajar, kami bisa berkunjung di tempat-tempat wisata fenomenal, seperti Laut Mati ini.
Tempat ini juga mengingatkan kepada kita tentang kisah kaum Nabi Luth As. yang tidak mengindahkan perintah Allah, bahkan mereka gemar melakukan LGBT. Akhirnya Allah murka, dan di sinilah mereka di adzab.
(Ridwan Bahrudin, Alumni Universitas Islam Al al-Bayt, Yordania)