Take a fresh look at your lifestyle.

Pengaruh Opini Mayoritas terhadap Kebenaran Dakwah di Era Disrupsi

148

Berdasarkan riset terbaru We Are Social dalam laporan bertajuk “Digital 2020”, pengguna internet di Indonesia naik 17% atau sekitar 25 juta jiwa, dengan 160 juta pengguna aktif media sosial (Kompas.com). Kondisi yang serba digital ini, mengharuskan berbagai sektor untuk berasimilasi dan mendapat hasil optimal. Tidak terkecuali bidang keagamaan.

Dewasa ini, platform digital lazim menjadi media dakwah. Orang secara masif membuat konten menarik untuk mendapat dukungan atau sekadar berbagi pengetahuan. Fitur mengakses dan mempublish memudahkan kita untuk beropini, mencari jawaban, dan memberi penilaian. Hukum new media itulah yang kemudian menjadi ajang diskusi, perdebatan, hingga pelecehan. Tidak mengherankan jika hoax dan fidelity bercampur sehingga sulit diidentifikasi keakuratannya. New media memunculkan suatu diskursus bahwa orang cenderung percaya pada opini mayoritas dan menekan pandangan minoritas. Itulah yang menjadi peluang sekaligus kekhawatiran berdakwah di era disrupsi.

Dalam teori ekologi media, terdapat suatu asumsi dimana media memengaruhi hampir seluruh aspek dalam tindak tanduk masyarakat. Bahkan media memengaruhi persepsi kita dan mengorganisasikan pengalaman-pengalaman kita (West & Turner, 2017: 182). Disini terlihat jika era disrupsi mampu mengubah cara pandang seseorang dengan mengkonstruksi sebuah opini sesuai kehendak kita.

Melihat sisi peluang, era ini menawarkan fasilitas virtual yang menjembatani dakwah tanpa bertatap muka. Jika benar penyampaiannya, maka pesan dakwah mampu mengubah cara pandang publik. Namun perlu diingat, paradigma orang cenderung berubah seiring banyaknya pengetahuan yang dikonsumsi. Dampaknya, sering terjadi distorsi dakwah yang mengarah ke sisi radikal dan rasisme. Khawatirnya, penyimpangan itu mendapat dukungan mayoritas, sehingga menjadi pembenaran.

Misalnya, seseorang menyampaikan pesan agama dengan menggunakan dalil من مات وليس في عنقه بيعة مات ميتة جاهلية (Barangsiapa yang mati sedangkan di lehernya tidak ada baiat (kepada seorang imam/khalifah), maka matinya adalah mati jahiliyah.” (HR Muslim, no 1851)). Kemudian ia menafsirkannya sebagai kewajiban mendirikan khilafah (menentang pancasila). Saat beberapa orang mengamini tafsir itu, kemungkinan menjadi opini mayoritas akan tinggi. Jika dilakukan secara intensif, dan tanpa regulasi, penafsiran itu akan dianggap sebuah kebenaran.

Sebaliknya, jika ada yang menyiarkan kebenaran seperti dilarangnya make up berlebihan bagi muslimah ketika tidak di depan mahramnya. Namun beberapa menetang dengan opini “kita harus open minded”. Secara tidak langsung spekulasi itu memengaruhi persepsi publik yang dangkal pengetahuannya. Semakin banyak pendukung, maka berpotensi menjadi opini mayoritas. Kebenaran itu, semakin lama akan tertutup.

Mayoritas pendapat di kalangan ulama disebut mendekati kebenaran karena telah melakukan ijtihad dengan mengerahkan seluruh intelektual dan spiritual. Sehingga dijadikan indikasi dan murajjihat (penguat) untuk suatu pendapat. Namun tidak berlaku untuk pendapat mayoritas di dunia maya. Orang dengan kapasitas pengetahuan berbeda, berkumpul merebutkan siapa yang paling mendominasi. Hanya dengan menyuguhkan isu, disertai fakta-fakta, seseorang dengan mudah mengumpulkan opini mayoritas.

Fenomena itu hanya satu dari sekian banyak tantangan dakwah era distrupsi. Sebagai mad’u, selayaknya bisa menilai dakwah mana yang pantas dipercaya dan diragukan. Tingkat kepercayaan dapat diukur dengan 3 koherensi, yaitu koherensi material, struktural dan karakterologis (West & Turner, 2017: 84). Koherensi material dilihat dari tingkat akurasi dakwah, apakah memiliki benang merah atau tidak. Koherensi struktural berlandaskan pada konsistensi dakwah, apakah pendapatnya selalu sama atau saling berbenturan. Sedangkan koherensi karakterologis dinilai dari komunikator, apakah memiliki track record yang baik atau sebaliknya.

Penulis: Majidatun Ni’mah (Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

– Juara I Lomba menulis artikel populer ibadah.co.id Hari Santri Nasional 2020 –

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

1 Comment
  1. […] Baca juga: Pengaruh Opini Mayoritas terhadap Kebenaran Dakwah di Era Disrupsi […]

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Privacy & Cookies Policy